Pagi
itu (senin 21 agustus 2012) semua mata tertuju ke tempat kebakaran yang melanda
satu kawasan di daerah padat penduduk Jakarta Timur. Tak ada barang yang
tersisa dari puing-puing sisa bangkai segala jenis barang yang terbakar. Isak
tangis orang-orang disekitar tempat peristiwa mengindikasikan betapa banyaknya
barang-barang berharga yang ludes dilahap si
jago merah. Ironis memang, karena hal ini terjadi tepat satu hari setelah
lebaran dimana seluruh masyarakat tengah merayakan hari kemenangan setelah
sebulan lamanya melaksanakan ibadah puasa di bulan suci ramadhan.
Belum
lama peristiwa itu terjadi, selang beberapa hari kemudian peristiwa yang sama
melanda beberapa kawasan di daerah ibukota dengan bermacam-macam penyebab. Ada
yang korsleting listrik, ada yang kompor meledak, ada yang sembrangan membuang
puntung rokok, ada pula yang tanpa sengaja menyalakan rumahnya (membakar sendiri, peristiwa yang dimaksud
karena himpitan ekonomi). Kebakaran-kebakaran alhasil menjadi pemandangan
yang tak pelak lagi menjadi santapan harian masyarakat padat penduduk baik
daerah ibukota maupun daerah lainnya yang mempunyai tata letak/ruang yang semrawut.
Sulit
diprediksi memang, dan tak akan mungkin ada yang bisa memperkirakan akan adanya
kebakaran jika memang selama ini dirasa keadaannya aman-aman saja. Tetapi
berbeda halnya dengan sering terjadinya kebakaran pada tempat yang sama.
Pemasangan kabel listrik yang tidak beraturan, ditambah kurang pedulinya
masyarakat akan kehati-hatian ketika meninggalkan rumah tanpa penghuni menjadi
alasan yang cukup kuat mengapa kebakaran ini sering terjadi
Lepas
dari kebakaran, kita lanjut pada kasus-kasus berbeda lainnya. Pencurian,
perampokan, kerusuhan, percobaan bunuh diri, narkoba, kasus gang motor,
pemerkosaan dalam angkutan umum, sengketa lahan, korupsi dan masih banyak
kasus-kasus lainnya yang sudah tak terdeteksi lagi yang menjadikan negeri
tercinta ini sebagai tempat paling sadis dalam
perkara-perkara tsb.
Dalam
berbagai kasus diatas, mungkin kita tidak menyadari akan adanya sosok yang
selalu saja baik suka maupun duka berada dalam situasi tersebut. Mereka seakan
menjadi bola liar yang tak henti bergerak berjalan menyusuri setiap tempat
tanpa pandang bulu.Iya. Mereka adalah instansi kepolisian. Terlepas dari
banyaknya kasus yang sejauh ini melanda kepolisian RI khususnya yang
akhir-akhir ini menjadi wacana yang sering di muat di media massa, yakni kasus
pengadaan simulator SIM, bukan berarti kita menutup mata dengan keberadaan
mereka. Merekalah pahlawan bangsa ini, mereka rela tertatih dijalanan mengawasi
dan menertibkan agar tidak terjadi kemacetan yang menjadi penyakit tak
tersembuhkan bangsa ini. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam memantau,
berpatroli, meninggalkan sanak saudara dalam suka cita hari kemenangan,yang tak
bakalan ditinggalkan oleh kita sebagai manusia biasa seperti mereka.
Setiap
hari, percaya atau tidak ketika kita menyaksikan berita, baik itu berupa
infotainment maupun berita andalan setiap industri televisi swasta mengenai
pemberitaan negeri ini, tidak akan pernah ada ketiadaan keberadaan instansi ini
dalam pemberitaan tersebut. Mereka tak pelak lagi telah menjadi pahlawan yang
selalu dinantikan kehadirannya. Sungguh mulia bakti mereka. Akan tetapi kritik
dan saran tetap harus kita tujukan agar mereka juga tidak menjadi instansi yang
kebal hukum.
Terima
kasih dengan tulus kami sampaikan kepada para polisi yang selama ini telah
bekerja keras dalam menjaga dan menertibkan serta menjalankan amanah bangsa.
Kalian adalah pahlawan bangsa yang akan dikenang sepanjang masa.