Senin, 10 September 2012

Sang Pahlawan Bangsa


Pagi itu (senin 21 agustus 2012) semua mata tertuju ke tempat kebakaran yang melanda satu kawasan di daerah padat penduduk Jakarta Timur. Tak ada barang yang tersisa dari puing-puing sisa bangkai segala jenis barang yang terbakar. Isak tangis orang-orang disekitar tempat peristiwa mengindikasikan betapa banyaknya barang-barang berharga yang ludes dilahap si jago merah. Ironis memang, karena hal ini terjadi tepat satu hari setelah lebaran dimana seluruh masyarakat tengah merayakan hari kemenangan setelah sebulan lamanya melaksanakan ibadah puasa di bulan suci ramadhan.
Belum lama peristiwa itu terjadi, selang beberapa hari kemudian peristiwa yang sama melanda beberapa kawasan di daerah ibukota dengan bermacam-macam penyebab. Ada yang korsleting listrik, ada yang kompor meledak, ada yang sembrangan membuang puntung rokok, ada pula yang tanpa sengaja menyalakan rumahnya (membakar sendiri, peristiwa yang dimaksud karena himpitan ekonomi). Kebakaran-kebakaran alhasil menjadi pemandangan yang tak pelak lagi menjadi santapan harian masyarakat padat penduduk baik daerah ibukota maupun daerah lainnya yang mempunyai tata letak/ruang yang semrawut.
Sulit diprediksi memang, dan tak akan mungkin ada yang bisa memperkirakan akan adanya kebakaran jika memang selama ini dirasa keadaannya aman-aman saja. Tetapi berbeda halnya dengan sering terjadinya kebakaran pada tempat yang sama. Pemasangan kabel listrik yang tidak beraturan, ditambah kurang pedulinya masyarakat akan kehati-hatian ketika meninggalkan rumah tanpa penghuni menjadi alasan yang cukup kuat mengapa kebakaran ini sering terjadi
Lepas dari kebakaran, kita lanjut pada kasus-kasus berbeda lainnya. Pencurian, perampokan, kerusuhan, percobaan bunuh diri, narkoba, kasus gang motor, pemerkosaan dalam angkutan umum, sengketa lahan, korupsi dan masih banyak kasus-kasus lainnya yang sudah tak terdeteksi lagi yang menjadikan negeri tercinta ini sebagai tempat paling sadis dalam perkara-perkara tsb.
Dalam berbagai kasus diatas, mungkin kita tidak menyadari akan adanya sosok yang selalu saja baik suka maupun duka berada dalam situasi tersebut. Mereka seakan menjadi bola liar yang tak henti bergerak berjalan menyusuri setiap tempat tanpa pandang bulu.Iya. Mereka adalah instansi kepolisian. Terlepas dari banyaknya kasus yang sejauh ini melanda kepolisian RI khususnya yang akhir-akhir ini menjadi wacana yang sering di muat di media massa, yakni kasus pengadaan simulator SIM, bukan berarti kita menutup mata dengan keberadaan mereka. Merekalah pahlawan bangsa ini, mereka rela tertatih dijalanan mengawasi dan menertibkan agar tidak terjadi kemacetan yang menjadi penyakit tak tersembuhkan bangsa ini. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam memantau, berpatroli, meninggalkan sanak saudara dalam suka cita hari kemenangan,yang tak bakalan ditinggalkan oleh kita sebagai manusia biasa seperti mereka.
Setiap hari, percaya atau tidak ketika kita menyaksikan berita, baik itu berupa infotainment maupun berita andalan setiap industri televisi swasta mengenai pemberitaan negeri ini, tidak akan pernah ada ketiadaan keberadaan instansi ini dalam pemberitaan tersebut. Mereka tak pelak lagi telah menjadi pahlawan yang selalu dinantikan kehadirannya. Sungguh mulia bakti mereka. Akan tetapi kritik dan saran tetap harus kita tujukan agar mereka juga tidak menjadi instansi yang kebal hukum.
Terima kasih dengan tulus kami sampaikan kepada para polisi yang selama ini telah bekerja keras dalam menjaga dan menertibkan serta menjalankan amanah bangsa. Kalian adalah pahlawan bangsa yang akan dikenang sepanjang masa.